Bismiilahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Wr. Wb.
Ketidak nyamananku dengan saat sekarang, tidak membuatku mengarah ke kemaksiatan. Dengan adanya allah disisku. Baru kusadari, ketika kita terpuruk, hanya allah swt yang ada dihatiku. Aku pernah dengar kalau allah itu lebih dekat dari urat nadi manusia. aku masih memperdalam itu semua. Yang jelas allah swt adalah segalanya bagiku.
Namaku adalah Sopah. aku adalah anak pertama dari 2 bersaudara kandung, 2 lainnya saudara tiri. Iya, ayah dan mama ku berpisah ketika adikku baru lahir. Penyebab utama adalah ayahku, ia terlalu egois kalo kulihat. Mama selalu menjelek-jelekkan ayah sejak kami masih kecil. Tapi ketika kami mengambil uang bulanan sesuai aturan pengadilan, mamaku selalu pemaksa berjumpa dengan ayah.
Ayah menikah lagi ketika itu aku tidak ingat kapan pastinya. dia menikah dengan lala teman kerjanya ketika di suatu pabrik. Hanya allah yang tahu. Mama adalah wanita yang kuat namun keras, sosok yang begitu lain dari yang lain. Dia selalu membuat jengkel, gemetar buat aku takut, ngangeni. Namun dia tetap sosok wanita yang sangat aku sayangi. Wanita dengan tinggi tidak lebih 167 cm, mudah tertawa dan mudah marah juga, bekerja pagi-sore demi menghidupkan aku dan ati, adikku. Kami berdua dulunya bandel dan suka melawan. Namun itu semua sudah tidak ada dengan berjalannya waktu.
Karena banyaknya berpikir membuat berat badanku 50-55 sampai sekarang. Anehnya, beratnya segitu-segitu aja. Aku hobi futsal dan berenang, Yang paling sering adalah futsal. Dengan tinggi 172 cm membuat ku dengan mudah melakukan apapun asal tidak yang berat-berat, karena aku tidak sekuat itu. Tidak dapat mengucapkan R adalah daya tarikku. Dulu aku sempat malu karena banyaknya kawan SD yang mengejekku. Sejalan nya waktu, itu menjadi kebanggaan serta kelebihanku yang membuatku menjadi berani berbicara.
Dengan berat 70+ dia dikategorikan orang tergemuk dikeluarga kami. Santi dipanggil ati, kawan aku berantam sejak kecil. Umur 16 tahun dengan berat segitu membuatnya terlihat lebih besar dari teman sebayanya. Dia duduk di kelas 1 bangku SMA sederajat di sekolah swasta.
Ketika aku bernjak 5 tahun, aku sudah melihat ayah ku hampir manampar mama, sebuah tindakkan yang tidak semestinya aku lihat. Tapi ketika itu aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Syukurnya ada om afif yang menghadang serangan daari ayah. Om afif sengaja menemani mama malam itu ketika ayah datang untuk mengambil surat cerai atau apalah, aku masih tidak tahu sampai sekarang. Dan akhir malam itu aku pun tidak ingat karena aku disuruh masuk sama andongku.
Hari berlalu, ayah mulai mengenalkan lala kepada kami. Lala wanita yang baik, tapi kami tidak suka dengannya. Sering kami diajak berlajan-jalan bersama lala. Syukur mama masih mengizinkan. Tapi sepulang berjalan-jalan sama ayah, mama selalu bertanyak apakah ada lala atau tidak.
0 comments:
Post a Comment